Menanggung penderitaan adalah satu hal yang tidak diinginkan oleh semua orang di dunia ini, bahkan orang yang berbuat suatu kejahatan dengan sengaja sekalipun tidak ingin menanggung penderitaan dari konsekuensi perbuatannya itu. Padahal sesungguhnya tidak semua penderitaan itu adalah sesuatu yang buruk. Ada penderitaan yang justru menjadi suatu alat untuk menempa dan melatih tubuh, mental dan spiritual seseorang. Seorang atlet yang ditempa oleh pelatihnya tentu mendatangkan penderitaan secara fisik, tetapi pelatihan yang berat itu akan meningkatkan performa seorang atlet dalam perlombaan. Atau seorang anak yang melakukan kesalahan dan dihukum oleh orangtuanya sehingga anak itu sadar kesalahannya dan tidak melakukannya lagi.

Demikian halnya bahwa dalam hal iman, penderitaan tidak boleh dipandang sebagai sesuatu yang buruk semata, sebaliknya justru pandanglah penderitaan itu sebagai alat Tuhan untuk mendidik kita sebagai umat-Nya. Apa yang bisa kita pelajari dari hal itu?

1. Penderitaan karena dosa dan kesalahan kita sendiri adalah alat untuk mengingatkan dan mendidik kita agar tidak terjerumus dalam dosa yang lebih dalam lagi (bukan karena Tuhan mau menghukum dan menghancurkan umat atas kesalahan dan dosa umat).

2.  Penderitaan yang datang tanpa kita duga (atau karena kesalahan dan dosa orang lain) bisa menjadi alat untuk menempa dan melatih kita menjadi semakin tangguh dan memampukan kita melihat kasih setia dan pertolongan Tuhan.

3.  Penderitaan sebagai tantangan perbuatan baik adalah kasih karunia Allah; karena kita menderita seperti Kristus yang menjadi teladan hidup kita, yaitu demi berbuat kebaikan 

Demikianlah surat 1 Petrus 2:19-21 mengingatkan kita untuk terus berbuat kebaikan, sekalipun terkadang kita harus menderita ketika melakukannya. Karena Kristus Yesus yang tidak berdosa ataupun bersalah telah menderita sampai mati di kayu salib demi kebaikan kita telah membuktikan bahwa pengorbananNya tidaklah sia-sia dan kebangkitan adalah bagian-Nya. Amin.