BERSIHKAN RAGI YANG LAMA

  •  Reggy Leo
  •  

Renungan Harian GKI Coyudan

Senin, 21 April 2025


1 Korintus 5:6-8

“Karena itu marilah kita berpesta, bukan dengan ragi yang lama, bukan pula dengan ragi keburukan dan kejahatan, tetapi dengan roti yang tidak beragi, yaitu kemurnian dan kebenaran.”


BERSIHKAN RAGI YANG LAMA


Suatu hari, seorang ibu sedang mengajarkan anaknya cara membuat roti. Ia menyiapkan adonan tepung yang banyak, lalu menambahkan sedikit ragi. Sang anak heran, “Hanya segini raginya?” Sang ibu tersenyum dan berkata, “Iya, tapi ragi sekecil ini bisa membuat seluruh adonan mengembang.” Beberapa jam kemudian, sang anak melihat betapa adonan itu berubah hanya karena sedikit ragi. Ia takjub—dan belajar pelajaran penting: hal kecil bisa membawa dampak besar.


Rasul Paulus menegur jemaat di Korintus karena mereka membiarkan dosa terus bercokol di tengah-tengah mereka—khususnya kasus percabulan yang mereka toleransi. Paulus berkata, “Sedikit ragi membuat seluruh adonan mengembang” (ayat 6). Ia memakai gambaran ragi untuk menunjukkan bagaimana dosa yang tampaknya kecil bisa menyebar dan merusak seluruh komunitas jika dibiarkan.


Dalam ayat 7, Paulus mengajak mereka untuk “membuang ragi yang lama,” yaitu dosa dan kebiasaan lama mereka, sebab Kristus, Anak Domba Paskah, telah dikorbankan bagi mereka. Ini merujuk pada tradisi Paskah orang Yahudi, di mana mereka harus membersihkan rumah mereka dari semua ragi—simbol dari penyucian dan pemisahan dari dosa.


Lalu di ayat 8, Paulus mengajak jemaat untuk “merayakan” bukan dengan ragi kejahatan dan kenajisan, tetapi dengan roti tak beragi yang melambangkan ketulusan dan kebenaran. Artinya, hidup orang percaya seharusnya bersih dari dosa yang tersembunyi dan penuh kemunafikan, dan sebaliknya diisi dengan integritas dan kesucian.


Dosa sering kali masuk ke dalam hidup kita seperti ragi kecil—nyaris tak terlihat, tampak sepele. Tapi jika dibiarkan, ia akan mengembang dan menguasai seluruh hidup kita. Kita mungkin berpikir, “Ini cuma kebohongan kecil,” atau, “Tak apa-apa sekali ini saja,” namun Paulus mengingatkan bahwa sedikit saja dosa bisa menghancurkan kekudusan komunitas dan pribadi kita.

Hari ini, mari kita periksa hati kita. Apakah ada “ragi lama” yang masih kita simpan? Apakah ada kebiasaan dosa, sikap munafik, atau kejahatan tersembunyi yang belum kita bersihkan? Sebagai orang yang telah ditebus oleh darah Kristus, kita dipanggil untuk hidup dalam ketulusan dan kebenaran—roti tak beragi yang berkenan bagi Allah.


Seperti seorang ibu yang tidak akan membiarkan adonannya terkontaminasi oleh ragi busuk, Tuhan pun rindu agar hidup kita bersih dari dosa yang tersembunyi. Kristus telah dikorbankan untuk kita; mari kita responi pengorbanan itu dengan hidup dalam kekudusan dan ketulusan. Saat kita membuang ragi lama, kita bukan hanya membersihkan hidup kita—kita juga menjadi terang dan kesaksian bagi orang lain.

Kiranya Tuhan menolong kita semua



Pokok Doa:

1. Berdoa untuk Digital Ministry GKI Coyudan agar dapat memperlengkapi setiap anggota jemaat dari segi spiritualitas maupun pengajaran

2. Berdoa untuk kestabilan ekonomi dan politik di Indonesia

3. Berdoa untuk pergumulan anggota jemaat yang sedang sakit dan mengalami kesulitan



Reggy Leo