ALLAH YANG TERBUKA
Renungan Warta Minggu 20 April 2025
ALLAH YANG TERBUKA
Kisah Para Rasul 10:34-43
"aku telah mengerti, bahwa Allah tidak membedakan orang" (ay. 34)
Teologi Reformatoris melalui Yohanes Calvin menjelaskan bahwa semua manusia adalah "makhluk terhormat" (the royal person). Mengapa? Karena manusia diciptakan segambar dan serupa dengan Allah. Pernyataan teologis ini menjadi imperatif dalam rangka membangun sikap iman bahwa semua orang setara dihadapan Allah. Karena itu setiap orang harus menaruh hormat dan respek pada sesamanya sebagai sebuah ekspresi iman yang nyata.
Perjumpaan Petrus dengan Kornelius adalah perjumpaan yang penuh keramahan dan persahabatan. Dua orang yang sama-sama asing, tetapi sekaligus bagai sahabat yang rindu bertemu. Puncaknya bahwa pertemuan ini adalah sebuah pertobatan. Petrus mengalami transformasi hidup sekaligus iman. la berubah dari pandangan lama bahwa orang Yahudi dilarang bergaul dengan orang bukan Yahudi. Dasar itu adalah hukum kenajisan, bahwa orang bukan Yahudi adalah najis atau tidak tahir (ay. 28). Lebih jauh, Petrus dapat mengaku iman tentang Allah yang tidak membedakan orang. la adalah Allah semua bangsa yang takut akan Dia dan mengamalkan kebenaran. Kepada mereka semua Allah berkenan menyelamatkan (ay. 34-35).
Puncaknya, Petrus menyaksikan bahwa pembaruan hidup yang ia alami adalah daya yang ditimbulkan oleh firman damai sejahtera yang dibawa oleh Yesus Kristus, yang adalah Tuhan dari semua orang (ay. 36). Yesus menjadi teladan iman dalam hal penerimaan seorang akan yang lain. Dalam sikap saling menerima itu kasih Allah menjadi dasarnya, yaitu kasih yang terbuka, tanpa membedakan, sekaligus yang memberi kesempatan kepada siapa saja yang datang untuk beroleh pengampunan dosa dan menikmati keselamatan yang adalah anuvera Allah. Faktor Yesus inilah harus menjadi alasan terbesar seorang Kristen menjadi seorang yang terbuka. Mengapa? Karena Allah kita adalah Allah yang terbuka, yang tidak membedakan orang.
Bp. Johanis Melsasail, S.Si,Teol.