PENTAKOSTA - THE FESTIVAL OF HARVEST

  •  Tirza Rossalina Christanti
  •  

Pentakosta – The Festival of Harvest

Merujuk dari tulisan Tim Gustafson, penulis Our Daily Bread atau yang kita kenal dengan Buku Renungan Harian pada tahun 2023, Pentakosta atau Pentecost, dirayakan lima puluh hari setelah minggu paska. Bagi masyarakat Yahudi, perayaan ini menjadi salah satu momen ibadah penting dalam rangkaian “Feast of Weeks” – dalam tradisi Israel kuno. Pada tradisi yang lain, Perayaan Pentakosta juga dimaknai sebagai “Festival of Harvest” – festival panen dan “days of firstfruit” atau masa hasil bumi pertama. Dalam Kitab Perjanjian Baru, hari raya Pentakosta jatuh pada hari ke-50 setelah hari kebangkitan Tuhan Yesus – makna paska baru bagi orang Yahudi dan kita semua. Pada momen ini juga, Tuhan memberikan berkat penyertaanNya melalui Roh Kudus yang diturunkan pada para rasul. Pentakosta merupakan salah satu ilustrasi penting yang menjelaskan hubungan nubuatan Perjanjian Lama dengan karya Yesus di kayu salib.

Pada momen yang penting ini, dengan tradisi tahunan persembahan unduh-unduh yang dilakukan di banyak gereja, saya menyoroti bahwa memelihara bumi merupakan bagian dari kesaksian hidup kita sebagai pengikut Kristus. Israel saat ini bukan Israel pada jaman perjanjian lama maupun perjanjian baru. Banyak yang berubah dari bumi yang kita tinggali, baik dari peradaban umat manusia maupun dari kondisi fisik lingkungan. Apakah penyertaan Roh Kudus tetap ada bersama dengan kita meskipun Tuhan memberikan berkatnya beribu tahun yang lalu? Tentu. Namun demikian, apakah kita serta anak cucu kita di kemudian hari masih bisa menikmati festival panen, unduh-unduh, ucap syukur hasil bumi, apabila kita tidak merespon tuntunan Roh Kudus untuk menjaga bumi kita supaya tetap lestari?

Roh Kudus dicurahkan kepada kita, supaya kita merasakan tuntunan Tuhan di setiap aktivitas yang kita jalani. Kelembutan Roh Kudus tidak hanya ada pada saat kita kesulitan maupun kelimpahan. Roh Kudus menyertai kita, bahkan dalam hari-hari kita yang biasa saja, menyertai kita dalam aktivitas kita yang tidak melulu kental bernuansa religius. Oleh karena itu, sesuai dengan Firman yang kita renungkan hari ini, menjalani hidup sebagai saksi menuntut integritas. Integritas hidup bukan saja tentang untuk memutuskan hal-hal penting sesuai dengan kehendak Tuhan, tetapi juga integritas untuk mengasihi sesama serta alam yang sudah dipakai Tuhan untuk memberkati kita. 

(Tirza Rossalina)