INJIL YANG UTUH BAGI YANG TERHILANG

  •  Bobby Widya Ardianto
  •  

RENUNGAN WARTA, 8 September 2024

BULAN MISI 2024 - SLIGHT OF LIGHT


INJIL YANG UTUH BAGI YANG TERHILANG

“... Bagaimana mereka mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang memberitakan-Nya? …” - ROMA 10:14-15


Tahun 2014, saya pernah bertemu dengan seorang misionaris asal Indonesia bernama Josep Liem. Ia, istri, dan anak-anaknya yang masih kecil melayani pedalaman Papua, hidup bersama orang-orang suku Sikari. Ia bercerita bagaimana pelayanan misi di sana adalah sebuah pelayanan holistik. Mereka mewartakan Injil keselamatan dan menolong warga untuk mengenal dan percaya kepada Kristus. Selain itu, mereka terjun dalam bidang medis dan pendidikan untuk ,menolong orang-orang untuk pulih dan bebas dari permasalahan yang ada di sekitar mereka: kesehatan, pendidikan, maupun ekonomi. Pertemuan itu membuat saya memahami kembali misi penginjilan haruslah mencakup seluruh aspek yang dibutuhkan manusia: aspek kekal dan sementara. Aspek kekal berkaitan dengan mewartakan Injil keselamatan tentang pribadi dan karya Kristus bagi kita yang berdosa. Aspek sementara berbicara tentang pemulihan hidup manusia selama ia di dunia.

Dalam Roma 10: 14-15, Paulus menegaskan kembali, Injil tidak akan pernah sampai kepada mereka yang terhilang, jika tidak ada yang memberitakan. Ayat ini menjadi refleksi kita hari ini, apakah kita sedang menjalani panggilan itu. Kita dipanggil untuk memberitakan kisah kasih dan pembebasan dari Allah bagi yang terhilang. Belajar dari definisi misi dari Gereja Anglikan dalam Five Marks of Mission (5 Perwujudan Misi), kita belajar memahami bahwa misi itu adalah::

  1. Memberitakan Kabar Baik tentang Kerajaan Allah

  2. Mengajar, membaptis dan membina orang-orang percaya yang baru

  3. Menanggapi kebutuhan manusia dengan pelayanan yang penuh kasih

  4. Mentransformasikan struktur-struktur masyarakat yang tidak adil, untuk menentang kekerasan dalam bentuk apa pun dan mengupayakan perdamaian serta rekonsiliasi

  5. Berusaha menjaga keutuhan ciptaan, serta menopang dan memperbaharui kehidupan di bumi.

Allah mempercayakan tugas penting dan genting ini kepada kita yang adalah debu. Justru, di dalam kelemahan kita lah, kuasa-Nya menjadi nyata. Allah yang akan membuat kita mampu berkata-berkata, berdoa, menyampaikan firman, dan berbuat sesuatu bagi mereka yang terhilang. Penginjilan pada akhirnya bukanlah menjadi sesuatu yang menakutkan, tetapi menggairahkan, karena kita sedang terlibat dalam misi Allah yang mulia.

Ingatlah bahwa kita adalah bagian dari mata rantai Injil. Biarlah contoh pengalaman kehidupan saya memperjelas hal ini:

  • Guru sekolah minggu dan guru di sekolah selalu bercerita tentang firman, namun saya belum merespons dengan serius.

  • Saya mengikuti beberapa retret di usia sekolah dasar, sekali lagi firman itu diberitakan.

  • Di usia SMP kelas 3, saya mendengar Injil itu secara khusus, di satu sudut kursi di gedung gereja ini. Seorang kakak kelas SMA menjadi pribadi yang mengenalkan saya kepada Kristus.

Dalam perjalanan iman saya, ada begitu banyak orang yang telah menjadi mata rantai Injil. Allah mengutus mereka dalam tahun dan tempat yang berbeda, untuk membuat saya akhirnya berjumpa dengan Kristus di kelas 3 SMP. Jadi, Anda, saya, kita semua adalah mata rantai Injil: menolong seseorang untuk semakin dekat kepada Kristus. Selamat mengabarkan Injil dimanapun kita berada! 


Pnt. Bobby Widya Ardianto