HATI YANG BENAR

  •  Gerald Raynhart Stephen
  •  

Bacaan: Markus 7:1-8

Menjaga tradisi bukanlah suatu kejahatan. Tetapi jika tradisi itu mengikat kita sehingga mengabaikan perintah Allah, maka tradisi yang kita jaga itu akan membuat kita menjadi orang berdosa. Apalagi jika kita berusaha menjaga tradisi tanpa tahu makna dari tradisi tersebut dan menghakimi orang-orang yang tidak menjaga tradisi tersebut.

Dalam perikop yang kita baca hari ini, kita dapat melihat bagaimana orang-orang Farisi yang akhirnya mendapatkan celah untuk mempersalahkan Yesus. Mereka mendapati murid-murid Yesus tidak menjalankan tradisi atau adat istiadat orang Yahudi. Murid-murid Yesus makan tanpa membersihkan tangan terlebih dahulu. Kita bersama tahu, bahwa memang baik jika sebelum makan kita mencuci tangan karena alasan kebersihan. Tetapi yang menjadi permasalahan besar bagi orang-orang Farisi bukanlah kebersihan, melainkan pelanggaran atas adat istiadat orang Yahudi serta tujuan utama mereka yaitu mempersalahkan Yesus (ay. 5).

Jika kita telaah lebih jauh lagi tentang adat istiadat ini dan juga sifat orang Farisi, maka kita akan menemukan sebuah hal yang aneh. Pada zaman Perjanjian Lama ketetapan tentang pembersihan atau penyucian diri itu diberikan kepada Imam-Imam yang akan melaksanakan tugas mereka di bait Allah. Sehingga mereka menyebutnya dengan ritual pembersihan. Tetapi seiring berjalannya waktu ketetapan itu diterapkan kepada semua orang Yahudi. Sehingga secara tidak langsung semua orang Yahudi perlu melakukan sebuah "ritual" dalam kegiatan mereka sehari-hari. Sekalipun demikian Yesus tidak bersusah payah menyalahkan orang-orang Farisi karena ketetapan yang telah bergeser tersebut. Karena Yesus tahu betul apa yang menjadi intensitas dari orang-orang Farisi.

Orang-orang Farisi menyerang Yesus dengan mengatakan bahwa murid-murid Yesus makan dengan tangan yang najis karena mereka tidak menjaga adat istiadat yang ada. Tetapi mereka tidak menyadari bahwa mereka melakukan hal itu dengan "hati yang najis." Oleh sebab itu, Yesus mengatakan bahwa mereka adalah orang-orang munafik yang hanya menjaga tradisi yang terlihat tetapi justru mengabaikan perintah Allah. Allah tidak hanya menghendaki mulut yang memuji Dia, tetapi juga hati yang benar dihadapan-Nya (ay. 6-7).

Inilah yang perlu kita garis bawahi sebagai orang percaya. Menjaga perintah Allah dengan hati yang benar dihadapan Allah lebih baik daripada hanya berbicara tentang perintah Allah untuk terlihat benar dan menyalahkan orang lain. Hati yang benar itu tahu bahwa sekalipun tidak ada seorangpun yang melihatnya, ia tetap melakukan perintah Allah; sekalipun tidak ada seorangpun yang memujinya, ia tetap melakukan perintah Allah. Tetapi hati yang najis akan bertindak seolah-olah ia tahu betul perintah-perintah Allah hanya untuk dipandang sebagai orang benar. Hati yang Najis memuliakan dirinya sendiri, tetapi hati yang benar memuliakan Allah.

Pokok Doa:

  1. Persiapan Kebaktian Umum.
  2. Pergumulan jemaat GKI Coyudan.
  3. Jemaat-jemaat yang sedang sakit.