FLEXING: KEMEGAHAN YANG SEMU

  •  Bobby Widya Ardianto
  •  

Bacaan: YEREMIA 9: 23-24 BIMK

TUHAN berkata, "Orang arif tak boleh bangga karena kebijaksanaannya, orang kuat karena kekuatannya, dan orang kaya karena kekayaannya. Siapa mau berbangga tentang sesuatu, haruslah berbangga bahwa ia mengenal dan mengerti Aku; bahwa ia tahu Aku mengasihi untuk selama-lamanya dan Aku menegakkan hukum serta keadilan di dunia. Semuanya itu menyenangkan hati-Ku. Aku, TUHAN, yang mengatakan itu."

Belakangan ini, media sosial kita diisi dengan begitu banyak konten flexing/pamer, ketika orang berlomba-lomba memamerkan kesuksesannya, menghasilkan uang banyak dalam waktu singkat (tanpa kita ketahui apa yang terjadi di balik layar), memiliki uang sekian juta atau milyar di umur tertentu, ataupun yang dengan sengaja memamerkan harta benda secara berlebih dengan kedok, "Jika saya bisa, kamu bisa". Kebanyakan konten tersebut terkesan positif di awal karena memotivasi orang untuk menggapai kesuksesan. Ada yang memiliki niat baik, namun tak sedikit pula yang jika ditelisik lebih dalam, yang diutamakan dan dibanggakan adalah harta kekayaannya. Dunia mengajarkan tujuan utama hidup adalah memiliki kekuasaan dan harta melimpah. Kebahagiaan dan pencapaian tertinggi hidup manusia adalah dengan memiliki banyak harta dan pangkat. Kekayaan bukanlah sesuatu yang dilarang Tuhan, namun kita telah diberi peringatan melalui firman-Nya betapa bahaya jika kita mati-matian mengejar dan membanggakannya.

Dalam Yeremia 9: 23-24, kebanggaan kita tidak bisa diletakkan pada kebijaksanaan, kekuatan, dan kekayaan. Ketiganya merupakan hal sementara yang selalu dicari manusia selama hidupnya yang juga sementara ini. Berdiri tegak di atas menara pasir adalah sebuah tindakan yang sia-sia, ceroboh, dan tak ada gunanya. Apa yang bisa diunggulkan dari sesuatu yang bisa lenyap dalam hitungan detik saja?

Kebanggaan kita yang sejati didasari oleh pengenalan akan Allah. Pengenalan kita tentang-Nya jauh lebih indah, jauh melebihi apapun yang ada di dunia ini. Dengan kata lain, Allah tidak ingin dan tidak bisa dibandingkan dengan hal-hal semu itu. Ia jauh melampaui semua itu. Melalui ayat di atas, dengan jelas Tuhan mengatakan, hal yang menyenangkan hati-Nya adalah ketika kita mengenal dan mengerti Dia.

Tahu tentang Tuhan dan mengenal pribadi-Nya adalah dua hal yang jauh berbeda. Pengenalan membawa kita masuk dalam suatu hubungan yang lebih intim dan hidup. Dalam relasi yang intim ini, Allah akan membawa kita pada pemaknaan hidup yang jauh berbeda dibanding dengan apa yang dunia ajarkan. Hidup yang kita jalani menjadi sebuah investasi dan tanggungjawab yang bernilai dalam kekekalan. Kita pun akan memiiki cara pandang yang benar terhadap harta, kekuatan, kekuasaan. Ketika kebanggaan diletakkan pada tempat yang tepat dan didasari oleh alasan yang tepat, kita justru akan mendapat kepuasan hidup, bukan kehausan. Kita akan mengalami kepenuhan hidup, bukan kehampaan.